Menteri Pemuda dan Olahraga RI Imam Nahrawi menegaskan, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang komplet. Di dalamnya tidak hanya diajarkan ilmu umum dan agama, tapi juga ada sistem pembentukan karakter yang kuat.
Imam Nahrawi menegaskan hal itu di aula Pondok Pesantern Nurul Islam (Nuris) Antirogo, Jember, akhir pekan lalu (15/3). Menurutnya, pesantren memiliki sistem tersendiri untuk mengajarkan budi pekerti, sehingga akhlak santri sangat menonjol. “Makanya, saya yakin kalau atlet itu berasal dari pesantren, pasti akan lebih berprestasi karena dia sehat jasmani dan rohani,” ucapnya di hadapan ratusan santri.
Lelaki asal Madura tersebut menambahkan, lulusan pesantren tidak perlu berkecil hati untuk bersaing di dunai usaha ataupun berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Sebab, santri sudah mempunyai bekal kemandirian yang cukup, ilmu yang cukup lengkap, dan tentu saja kepasrahan (tawakkal) yang dalam.
“Kalau misalnya, banyak pejabat yang berasal dari pesantren, insyaallah Indonesia menjadi baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur. Saya sendiri juga pernah jadi santri. Dan saya merasa, saya bisa jadi menteri karena salah satuya berkat dukungan Kiai Muhyiddin (pengasuh Pesantren Nuris),” urainya.
Dalam kesempatan itu, kedatangan Imam Nahrawi di Nuris disambut oleh para kiai dan pengurus NU serta sejumlah poltisi dari NU. Ia yang sudah beberapa kali mengunjungi Pesantren Nuris itu, juga berkenan melaksanakan shalat magrib berjama’ah masjid Nuris. (NUOnline)
Imam Nahrawi menegaskan hal itu di aula Pondok Pesantern Nurul Islam (Nuris) Antirogo, Jember, akhir pekan lalu (15/3). Menurutnya, pesantren memiliki sistem tersendiri untuk mengajarkan budi pekerti, sehingga akhlak santri sangat menonjol. “Makanya, saya yakin kalau atlet itu berasal dari pesantren, pasti akan lebih berprestasi karena dia sehat jasmani dan rohani,” ucapnya di hadapan ratusan santri.
Lelaki asal Madura tersebut menambahkan, lulusan pesantren tidak perlu berkecil hati untuk bersaing di dunai usaha ataupun berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Sebab, santri sudah mempunyai bekal kemandirian yang cukup, ilmu yang cukup lengkap, dan tentu saja kepasrahan (tawakkal) yang dalam.
“Kalau misalnya, banyak pejabat yang berasal dari pesantren, insyaallah Indonesia menjadi baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur. Saya sendiri juga pernah jadi santri. Dan saya merasa, saya bisa jadi menteri karena salah satuya berkat dukungan Kiai Muhyiddin (pengasuh Pesantren Nuris),” urainya.
Dalam kesempatan itu, kedatangan Imam Nahrawi di Nuris disambut oleh para kiai dan pengurus NU serta sejumlah poltisi dari NU. Ia yang sudah beberapa kali mengunjungi Pesantren Nuris itu, juga berkenan melaksanakan shalat magrib berjama’ah masjid Nuris. (NUOnline)
0 komentar:
Posting Komentar