Dengan tergopoh-gopoh, isteri
Al-Qamah menghadap Rasulullah SAW mengabarkan suaminya sakit keras. Beberapa
hari mengalami naza' tapi tak juga sembuh. "Aku sangat kasihan kepadanya
ya Rasulullah," ratap perempuan itu. Mendengar pengaduan wanita itu Nabi
SAW merasa iba di hati.
Begitu melihat keadaan Al-Qamah
tergolek diranjangnya, Nabi bertanya kepada isteri Al-Qamah :"Masihkah
kedua orang tuanya?" tanya Nabi.
"Masih ya Rasulullah,"
tetapi tinggal ibunya yang sudah tua renta," jawab isterinya."
Di mana dia sekarang?"
"Di rumahnya, tetapi rumahnya
jauh dari sini."
Tanpa banyak bicara , Rasulullah
SAW lalu mengajak sahabatnya menemui ibu Al-Qamah mengabarkan anaknya yang
sakit parah. "Biarlah dia rasakan sendiri", ujar ibu Al-Qamah.
"Tetapi dia sedang dalan keadaan sekarat, apakah ibu tidak merasa kasihan
kepada anakmu ?" tanya Nabi.
"Dia berbuat dosa
kepadaku," jawabnya singkat.
"Ya, tetapi maafkanlah dia.
Sudah sewajarnya ibu memaafkan dosa anaknya," bujuk Nabi.
"Bagaimana aku harus memaafkan
dia ya Rasulullah jika Al-Qamah selalu menyakiti hatiku sejak dia memiliki
isteri," kata ibu itu.
"Jika kau tidak mau
memaafkannya, Al-Qamah tidak akan bisa mengucap kalimat syahadat, dan dia akan
mati kafir," kata Rasulullah.
"Biarlah dia ke neraka dengan
dosanya," jawab ibu itu. Merasa bujukannya tidak berhasil meluluhkan hati
ibu itu, Rasulullah lalu mencari kiat lain. Kepada sahabat Bilal Nabi berkata :
"Hai bilal, kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya," perintah Nabi.
"Untuk apa kayu bakar itu
Rasulullah," tanya Bilal keheranan."Akan kugunakan untuk membakar
Al-Qamah, dari pada dia hidup tersiksa seperti itu, jika dibakar dia akan lebih
cepat mati, dan itu lebih baik karena tak lama menanggung sakit", jawab
Rasulullah. Mendengar perkataan Nabi itu, ibu Al-Qamah jadi tersentak. Hatinya
luluh membayangkan jadinya jika anak lelaki di bakar hidup-hidup. Ia menghadap
Rasulullah sambil meratap, "Wahai Rasulullah, jangan kau bakar
anakku," ratapnya. Legalah kini hati Rasulullah karena bisa meluluhkan
hati seorang ibu yang menaruh dendam kepada anak lelakinya. Beliau lalu
mendatangi Al-Qamah dan menuntunya membaca talkin. Berbeda dengan sebelumnya,
mulut Al-Qamah lantas bergerak membacakan kalimat dzikir membaca syahadat
seperti yang dituntunkan Nabi. Jiwanya tenang karena dosanya telah diampuni ibu
kandungnya. Al-Qamah kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan fasih
mengucapkan kalimat syahadat. Ia meninggal dalam keadaan khusnul khatimah.
Memang, surga adalah di bawah telapak kaki ibunda.
0 komentar:
Posting Komentar